Breaking News

Kebahagiaan Rakyat dan Menurunnya Tingkat Kemiskinan

Merefleksikan Keberhasilan Pemerintah


Oleh :

Ernie. J. Mirpey, SE
(Alumni STIEM Rutu Nusa Ambon, Aktivis, Wakil Ketua DPD KNPI Provinsi Maluku )


Tulisan ini saya buat, murni sebagai seorang aktivis yang berbicara sesuai fakta kekinian di Provinsi ini.

Menangani depresi dan kecemasan akan menjadi empat kali lebih efektif sebagai penanggulangan kemiskinan, menghilangkan depresi dan kecemasan akan mengurangi penderitaan  20% dibandingkan hanya 5% pembuat kebijakan (pemerintah) hanya fokus pada menghilangkan kemiskinan   (Richard Layrad,  Ketua Peneliti London School Economics LSE).

Hasil penelitian Richard Layrad ini saya  gunakan sebagai awal tulisan ini untuk membuka pemahaman berpikir kita bahwa  yang mesti dikejar oleh kita adalah kebahagiaan bukan berarti bahwa menanggulangi kemiskinan itu tidak penting, Meningkatkan Kebahagiaan dan Menanggulangi kemiskinan sama-sama penting namun perlu diingat bahwa “Kemiskinan Bukanlah Sesuatu Yang Buruk Tetapi Keburkan Sebenarnya Adalah Ketika Tidak Adanya Kebahagiaan”

Sebelum kita berbicara lebih jauh tentang kebahagiaan, kemiskinan  dan keberhasilan sebaiknya saya definisikan dulu apa itu kebahagiaan, kemiskinan dan keberhasilan. Kebahagiaan sesungguhnya merupakan suatu penilaian dalam diri dan hidup yang memuat emosi positif seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap maupun aktivitas positif yang tidak memuat komponen-komponen negatif apapun seperti absorbsi dan keterlibatan (Seligman 2005).

Sementara, Kemiskinan secara etimologis berasal dari kata “miskin” yang artinya tidak berharta benda dan serba kekurangan. Departemen Sosial dan Biro Pusat Statistik, mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002). Sedangkan keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat (Winston Chucill).

Miskin tidak selalu identik dengan  sengsara dan banyak harta tidak selalu identik dengan bahagia, jadi yang harus dikejar dalam hidup adalah kebahagiaan.  Kebahagiaan selalu, dicari, dikejar, dan didambakan oleh setiap individu karena kebahagiaan  merupakan hal yang sangat penting, kebahagiaan membuat setiap individu mampu untuk bertindak positif, bertindak dalam lingkup yang baik. Alasan mendasar mengapa manusia harus bahagia adalah karena dengan bahagia membuat manusia menjadi positif atau baik. Sedangkan tidak bahagia membuat manusia menjadi tidak nyaman dan menjadi negatif.

Akhir-akhir ini timbul berbagai wacana di media sosial, rumah-ruah kopi dan tempat diskusi lainnya mengenai persoalan tingkat kemiskinan, tingkat kebahagiaan dan keberhasilan Pemerintah Provinsi Maluku. Ada yang berpendapat bahwa Pemerintah belum berhasil karena tidak mampu mengatasi masalah kemiskinan dimana Maluku merupakan Provinsi termiskin ke-4 di Indonesia, namun ada juga yang berpendapat bahwa Pemerintah telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan.  Ada pula yang berpendapat bahwa kemiskinan menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi padahal masalah kemiskinan di Maluku seharusnya menjadi tanggungjawab semua pihak baik itu  Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun masyarakat.

Selain itu timbul pula wacana-wacana adanya penurunan tingkat kemiskinan bahkan dapat menghapus tingkat kemiskinan jika Provinsi ini dipimpin oleh Si A, Si B dan Si C dalam jangka waktu tertentu. Bagi saya itu adalah hal yang mustahil karena menurunkan angka kemiskinan tidak semudah kita berbicara dan membalik telapak tangan serta yang mampu dilakukan manusia adalah meminimalisir tingkat kemiskinan tersebut bukan menghapuskannya dari dunia.

Sesuai data Badan Pusat Statistik Provinsi Tahun 2017 Provinsi Maluku menempati urutan ke-4 Provinsi termiskin di Indonesia turun dari urutan ke-3 ditahun 2015 dengan persentase 19, 36% menjadi 18,45% di Tahun 2017.  Bukankah ini adalah hal yang bagus dan patut diapresiasi ketika Provinsi Maluku berada pada urutan ke-4 dimana pada tahun 2015 ada pada urutan ke 3 ?  Dilain sisi, menurut saya, jika saja indikator yang digunakan oleh BPS dalam mengukur tingkat kemiskinan disesuaiakan dengan kultur orang Maluku maka saya yakin bahwa Provinsi ini tidak berada pada urutan ke-4 namun akan  lebih turun tingkat kemiskinannya.

Selain menurunnya tingkat kemiskinan,  Indeks kebahagiaan Provinsi Maluku menurut BPS di Tahun 2017 mengalami peningkatan, yang awalnya ada pada peringkat ke-3 naik menjadi peringkat ke-2. Dari peningkatan indeks kebahagiaan ini dapat diinterpretasikan bahwa rata-rata kebahagian orang Maluku sebesar 73,7%  jauh lebih baik dari rata-rata  tingkat kebahagiaan penduduk nasional sebesar 70,69 . Indeks Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan esensial yang memiliki besaran kontribusi berbeda-beda terhadap indeks kebahagiaan, yakni pekerjaan, pendapatan rumah tangga, kondisi rumah dan aset, pendidikan, kesehatan, keharmonisan keluarga, hubungan sosial, ketersediaan waktu luang, keadaan lingkungan, dan kondisi keamanan.

Keberhasilan Pemerintah dapat diukur oleh berbagai indikator termasuk diantaranya peningkatan indeks kebahagiaan penduduk dan penurunan tingkat kemiskinan.
Peningkatan kebahagiaan dan pengentasan kemiskinan bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.

Tulisan ini saya akhiri dengan sebuah pernyataan bahwa jika sudah terjadi penurunan tingkat kemiskinan dan peningkatan indeks kebahagiaan Penduduk Maluku maka hal tersebut merefleksikan keberhasilan pemerintah Provinsi Maluku.

Tidak ada komentar