Breaking News

Jaga Kualitas Pendidikan di Masa Pandemi, RMI Maluku Gelar Diskusi Webinar

Diskusi Webinar RMI - Wilayah Maluku


Ambon,Cahayalensa.Com – Rumah Milenial Indonesia (RMI) Wilayah Maluku menggelar diskusi webinar guna menjaga kualitas pendidikan di Provinsi Maluku dimasa pandemic covid-19.

Diskusi dengan topik "Bagaimana menjaga kualitas pendidikan di masa Pandemi Covid-19" itu menghadirkan narasumber antara lain : Billy Mambrasar (Staf Khusus Presiden RI), Prof.Dr. M. J. Sapteno, SH. M.Hum - Rektor Universitas Pattimura Ambon, Samson Atapary, SH (Anggota DPRD Prov. Maluku - Ketua Komisi IV / Mitra Kerja dengan Dinas Pendidikan Provinsi Maluku), Dr. Fahmi Salatalohy, M.Hum - Kapala Dinas Pendidikan Kota Ambon.

Kegiatan yang berlangsung hari Kamis, 18 Juni 2020, Pukul : 19.00 WIT – Selesai melalui Link Zoom : https://us02web.zoom.us/j/85285510465 itu membahas berbagai hal yang harus dilakukan pemerintah, para pendidik dan orang tua agar tetap menjaga kualitas pendidikan di masa pandemic covid-19.

Rektor Universitas Pattimura Ambon , Prof.Dr. M. J. Sapteno, SH. M.Hum sebagai pembicara pertama dalam diskusi itu menyampaikan, pandemic covid-19 berpengaruh luar biasa secara global dan menusuk semua tatanan kehidupan manusisa baik ekonomi, sosial budaya, kesehatan, ketahanan nasional, ketahanan pangan dan yang paling terdampak adalah pendidikan.

“Ini masalah serius yang harus kita bahas secara bersama” kata Sapteno

Sapteno juga menyampaikan, covid -19 juga sangat berdampak bagi perguruan tinggi menyebabkan, semua kegiatan tri dharma perguruan tinggi, pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan secara daring. Sampai terakhir, pertemuan rektor seluru Indonesia dilakukan secara daring dan memutuskan agar masyarakat kampus belum bisa kekampus karena apabila kembali ke kampus maka klaster baru penularan covid bisa terjadi.

Sehingga para dosen dan mahasiswa diarahkan untuk melakukan proses kuliah secara daring. “Ada kebijakan secara nasional bahwa mahasiswa diberikan paket data agar bisa mengakses perkuliahan, penelitian dan lain-lain secara online dan itu sudah dilaksanakan sebualan yang lalu” ungkap Sapteno

“Kuliah secara konvensional dirubah secara daring, seminar proposal, seminar hasil, ujian skripsi, ujian tesis dan ujian disertasi dilakukan secara daring. Yudisium penggelaran, kuliah kerja nyata malah kita desaing untuk dilaksanakan secara daring. Pelayanan administrasi akademik dan keuangan juga dilakukan secara daring namun ada juga secara manual karena berhubungan dengan bank.” Jelas Sapteno

Sapteno katakan, untuk Provinsi Maluku terdapat masalah serius karena terdiri dari berbagai pulau sehingga sulit dijangkau karena alat transportasi saat ini menjadi masalah serius.

“Pesawat tidak masuk dikabupaten/kota, kapal juga dibatasi. Sehingga kita sulit berkomunikasi dengan para mahasiswa.” Tandasnya

Rektor dua periode itu menjelaskan, langkah-langkah strategis yang dilakukan Unpatti dimasa pandemic covid ini dilakukan secara efisiensi dan efektifitas dalam berbagai kegiatan, melalui program zoom meeting dan juga secara konfensional atau ofline.

Sapteno juga katakan semua kegiatan tri dharma Unpatti kedepan akan dilakukan sesuaikan dengan visi-misi Kemendikbud dan visi-misi Unpatti.

Senada dengan Sapteno, Samson Atapary, SH sebagai Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Maluku yang juga merupakan mitra kerja dengan Dinas Pendidikan Provinsi Maluku juga menyampaikan terkait kuliah jarak jauh yang dilakukan secara online oleh siswa SMA/SMK diberbagai kabupaten/kota di Provinsi Maluku masih mengalami kendala terkait akses internet. Hal tersebut menyebabkan sulit untuk mengukur sejauhmana hasil dari proses belajar mengajar yang dilakukan secara online, baik yang bisa diakses maupun yang tidak bisa diakses.

“Jika hal seperti ini berjalan terus maka akan mengurangi mutu dan kualitas belajar anak-anak terutama SMA/SMK.” Ujar Atapary

Dikatakan, untuk mengantisipasi hal tersebut, Komisi IV DPRD Provinsi Maluku dengan Dinas Pendidikan Provinsi Maluku telah membicarakan bebrapa hal yang berkaitan dengan tahun ajaran baru, apakah menggunakan sistem pembelajaran online atau ada satu fasilitas yang bisa dipersiapkan untuk dilakukan sehingga mutu dan kualitas siswa SMK/SMK dapat terukur di masa pandemic ini.

“Kita komisis IV sudah memberikan beberapa rekomendasi, ini juga sejalan dengan Program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan konsep belajar yang disebut dengan merdeka belajar.”  Katanya

Atapary sampaikan, dalam program merdeka belajar itu praktisnya diserahkan kepada pemerintah daerah untuk dilaksanakan. Sehingga Ia meminta agar Dinas Pendidikan kembali mengundang pakar pendidikan untuk menterjemahkan yang dimaksud dengan merdeka belajar itu seperti bagaimana dan kalau bisa harus ada kurikulum khusus di masa pandemic ini. Mungkin isinya 50% dari kurikulum 13 dan ada panduan yang diberikan kepada murid dan orang tua agar mereka juga bisa menterjemahkan itu secara sederhana bagaimana mendampingi anak-anak belajar dirumah.

“Mungkin satu minggu mereka belajar dirumah setelah itu diundang mereka ke sekolah dengan protocol kesehatan lalu coba untuk mengevaluasi sekaligus mendalami. Kalau biasanya satu kelas itu 20 orang kita bagi menjadi dua kali, jadi 10 orang satu kali pertemuan. Jelas Atapary sembari memberi contoh

Lanjut Dia, didalam tatap muka itu kita akan mengevaluasi apa yang sudah para siswa pelajari dirumah. Tetapi harus ada panduan yang dilakukan, baik itu didaerah yang ada akses internet maupun yang tidak ada akses internet. Dengan cara seperti ini maka output yang dikeluarkan nanti bukan lagi untuk menghafal dan sebagainya tetapi lebih bagaimana membangun kesadaran kritis dari para siswa dengan kurikulum tersebut. Sehingga minimal sampai  tutup tahun ajaran 2020 nanti diharapkan ada satu mutu dan kualitas pembelajaran yang bisa diterapkan dari anak-anak sekolah kita yang mengikuti proses belajar dalam masa pandemic ini.

“Proses pembelajaran kritis dalam membangun satu motivasi atau kesadaran mestinya ditingkatkan dan pembelajaran hafal-menghafal juga diarahkan kepada proses pembelajaran itu agar siswa punya satu pemahaman yang lebih baik lagi untuk bisa menciptakan kualitas yang lebih baik agar ketika berpindah keperguruan tinggi itu mereka juga dapat menjawab kebutuhan yang ada di perguruan tinggi nantinya.” Tandas Atapary.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon, Dr. Fahmi Salatalohy, M.Hum dikesempatan yang sama memaparkan berbagai tantangan dan strategi pembelajaran yang dihadapi dan dilakukan oleh pemerintah, guru dan para siswa di Kota Ambon yang diharapkan bisa menjadi contoh sekaligus perhatian bersama bagi proses pembelajaran di Provinsi Maluku.

Berbagai tantangan yang dihadapi menurut Salatalohy diantaranya, Fasilitas dan materi ajar yang belum merata, banyak juga sekolah-sekolah yang tidak memiliki fasilitas internet dari jangkauan wilayah di Kota Ambon terkususnya didaerah pegunungan yang masih banyak keterbatasan. Sulitnya mengupgrade materi ajar terbaru walaupun sistem pembelajaran tersebut dilakukan dengan berbagai aplikasi yang telah ditawarkan oleh pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan Nasional.

Kemudian, Teknologi pembelajaran yang terbatas karena masih terdapat sekolah-sekolah yang terbatas sarana dan prasarana penunjang pembelajaran melalui online. Kesulitan memberikan pemahaman materi kepada siswa secara merata karena ada para siswa yang secara ekonomi mungkin tidak mampu dan sebagainya. Selanjutnya kualitas akses internet yang belum merata.

“Ini merupakan tantangan bagi kami dan akan dibenahi secara perlahan.” Kata Salatalohy

Lanjut Dia, Pemerintah Kota Ambon terkhusus Dinas Pendidikan juga telah melakukan berbagai strategi diantaranya,  Pembelajaran secara daring baik secara interaktif maupun non iteraktif terus dilakukan. Guru harus memberikan pendidikan kepada anak tentang kecakapan hidup yakni pendidikan yang bersifat kontekstual sesuai kondisi rumah masing-masing. Terutama pengertian tentang covid-19, mengenai karakteristik, cara menghindarinya dan bagaimana cara agar seseorang tidak terjangkit.

“Kami selalu mendorong orang tua agar memperhatikan hal-hal yang langsung berkaitan dengan pandemic covid ini.” Katanya lagi

Menurutnya, pembelajaran dirumah harus disesuaikan dengan jam belajar anak disekolah, harus memberikan kebebasan belajar bagi anak. Ada belajar, ada juga bermain dan sebagainya sehingga memori mereka bisa disesuaikan dengan kondisi yang benar-benar terjadi dimasa covid.

“Kita harus memberikan keleluasaan bagi anak-anak untuk melakukan pemeblajaran secara mandiri diluar apa yang diajarkan oleh para guru dan sekolah.” Ujar Dia

Lanjut Salatalohy, bagi tenaga pengajar, tugas-tugas yang diberikan kepada murid tidak harus dinilai secara seperti bisasnya disekolah. Tetapi penilaian lebih banyak kulitatif memberikan motivasi kepada anak didik.

“Jadi penilaian yang dilakukan oleh teman-teman tidak bersifat kuantitatif tetapi lebih banyak kepada kualitatifnya yang memberikan motivasi dorongan kepada anaka-anak kita supaya mereka lebih ingat materi lagi, lebih hidup lagi, baik secara intelektual, sosial maupun sikomotorik”. Tandas Salatalohy

Ketika proses pembelajaran yang dilakukan secara online maka fasilitas dan materi ajar harus diberikan merata kepada semua sekolah maupun para siswa, kemudian bisa mengapgrate materi-materi ajar terbaru, dan teknologi penunjang pembelajaran harus diperbanyak. Sistem monitoring dan evaluasi belajar harus dilaksankan tepat waktu dan kualitas dari akses internet harus diberikan merata.

“Saya kira kebutuhan kita di masa pandemic covid ini internet dan internet merupakan salah satu langkah alternative untuk mendorong proses-proses pembelajaran dirumah bagi anak-anak dan guru-guru yang selama ini sangat setia dan selalu menemani anak-anak.” Ujar Dia

Tentunya dinas pendidikan tidak bisa berjalan sendiri sehingga Salatalohy berharap semua stake holders pendidikan yang lain dapat bergandengan tangan agar supaya ada pencapaian nilai yang bisa kita harapkan dimasa pandemic covid ini.

Staf Khusus Presiden RI, Billy Mambrasar dalam kesempatan yang sama menjelaskan, dinegara-negara lain jauh sebelum masa pandemic ini pun sudah menggunakan teknologi virtual atau online sebagai alternative ini untuk men-deliver high quality education.

“Kita di Indonesia sedikit terlambat. Tetapi pandemic covid ini mamaksa kita untuk kemudian harus berbenah diri dan mengejar ketertinggalan tersebut dan saya bersyukur beberapa kampus dijakarta bukan hanya negeri tetapi swasta mereka sudah berani mendeliver mata kuliah mereka secara virtual.” Ungkap Dia

Dikatakan, teknologi dan persiapan teknologi itu satu hal, tetapi hal yang lain adalah attitude atau behavior atau perilaku dari pada kita anak-anak Indonesia untuk mendapat teknologi tersebut.

Bagi Mambrasar, Ilmu itu adalah tanggungjawab masing-masing orang untuk mencarinya, artinya kampus hanya menyediakan flatform informasi. Jadi ada ratusan bahkan ribuan jurnal yang bisa kita akses, ada ribuan buku yang kita bisa akses secara gratis dan juga kita bisa mengklik semua video dosen yang menyampaikan kuliah itu secara indenpenden. Artinya semakin kita merasa bertanggungjawab bahwa saya harus mencari ilmu itu maka semakin kita sendiri yang mendorong diri kita untuk lebih mencari, membaca dan menghabiskan waktu untuk belajar.

“Yang saya takutkan terjadi di Indonesia apabila kita tidak menyiapkan perilaku dari anak-anak kita.” Tandas Mambrasar

“Sektor pendidikan tinggi khususnya untuk memiliki minset bahwa ilmu itu adalah saya yang cari sendiri, bahwa dosen bukan orang yang menyuapkan ilmu itu kemulut saya.  dosen hanyalah merupakan fasilitator dan mediator dari diskusi kita, bukan sesorang yang menyuapi ilmu itu secara menyeluruh kemulut kita, kita sendiri sebagai orang dewasa yang bertanggungjwab untuk mencari ilmu itu kemanapun dia berada.” Ungkapnya lagi (CL-02)

Tidak ada komentar