Komisi III Berharap Daerah Resapan Air Di Ambon Diperbaiki
Ambon, Cahayalensa.com- Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Ambon berharap daerah resapan air harus diperbaiki.
Mengingat musim kemarau belakangan ini sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air bersih di kota Ambon. Ditambah bencana kebakaran hutan, yang turut membuat sejumlah daerah resapan air menurun hingga terjadi krisis air bersih. Untuk itu, DSA maupun PDAM harus memperbaiki daerah resapan air.
Demikian Anggota Komisi III DPRD Kota Ambon, Yusuf Wally, saat dikonfirmasi media ini Sabu, 15/2/2020 di Ambon.
Ia menilai, krisis air bersih yang melanda sebagian besar wilayah desa Batumerah, kecamatan Sirimau ini, tidak bisa dianggap sepele. Sehingga butuh perhatian serius dari Pemerintah Kota untuk mendesak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan PT. DreAm Sukses Airindo (DSA) dengan melibatkan pihak-pihak terkait lainnya untuk memperbaiki sumber-sumber resapan air yang ada.
Sebab, dampak dari krisis air saat ini, banyak warga yang berbondong bonding untuk mendatangi daerah yang memiliki banyak sumur air, untuk mengambil air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
“Pasokan yang selama ini digunakan PDAM dan DSA mengalami penurunan, karena dampak kurangnya daerah resapan air. Karena dijadikan warga sebagai daerah pemukiman baru. Pohon besar ditebang, karena kepentingan lahan kebun, dan jarang pemerintah melakukan reboisasi pada daerah resapan air,” ungkap Wally.
Politisi PKS ini mengaku, PDAM dan DSA sebagai badan usaha milik daerah yang bertugas memasok air bersih kepada masyarakat selaku pelanggan, perlu membuat sumur baru agar dapat memasok air bersih di daera-daerah krisis air bersih. Seperti wilayah Batumerah Tanjung dan sebagainya.
“Warga di beberapa kawasan kota Ambon dilanda kekurangan air bersih, khususu desa Batumerah. Menyusul terus berkurangnya ketersediaan air di dua titik penyuplai, yaitu Arbes dan Wainitu. Kini pasokan air diharapkan lebih banyak dari Halong. Pemerintah kini berusaha mencari sumber air baru,” tuturnya.
Wally menjelaskan, krisis air bersih kini mencapai titik rawan, disusul kemarau panjang. Menurut dia, saat ini pasokan air dari PDAM dan DSA mengalami penurunan drastic. Yakni semula masyarakat dapat menikmati air bersih 2 hari sekali, kini sampai 6 hari sekali.
Dimana untuk wilayah dataran rendah dapat menikmati air bersih, sementara warga yang tinggal di daerah dataran tinggi tidak dapat menikmati air bersih akibat debit air yang terus berkurang.
“Jika DSA sudah bekerja sama dengan tim dari Unpatti Ambon untuk meneliti sumber-sumber yang ada. Karena terjadi kerusakaan pada daerah resapan, maka harus diperbaiki daerah resapan itu,” sarannya.
Ia akui, dengan terjadinya penambahan pemukiman penduduk di daerah resapan air, turut mengganggu persediaan air bersih. Sehingga hal ini perlu diantisipasi seluruh pihak termasuk Pemerintah Kota. Karena jika tidak, kota Ambon akan kehabisan stok air bersih saat musim kemarau panjang.
“Pemerintah Kota perlu evaluasi kembali untuk bagaimana mengembalikan daerah resapan itu. Pemerintah juga perlu melakukan solusi jangka panjang bagi PDAM, DSA maupun PUPR Kota Ambon untuk mencari solusi jangka pendek. Yakni mencari sumber air baru dengan membuat sumur resapan, agar menjadi area suplai untuk kebutuhan debit air di kota Ambon,” usulnya.
Termasuk PUPR Kota Ambon, lanjut Wally, perlu membangun embong pada daerah-daerah yang masih memiliki sumber air. Sehingga dapat menampung sumber air sebelum mengalir ke laut.
Pasalnya belakangan ini, tambahnya, sebagian mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Bahkan sebagian besar harus rela mengeluarkan ratusan ribu rupiah untuk memperoleh air bersih lewat mobil tangki yang ada.
Termasuk kawasan Bentas, kecamatan Nusaniwe Ambon sudah sejak pekan lalu warga sekitar mengeluhkan pasokan air bersih.
“Untuk mendapatkan air bersih, biasanya warga membeli satu tangki ukuran 5 ribu liter seharga 150 ribu. Kini naik sampai Rp.200 ribu,” beber dia.
Dan sampai saat ini, masyarakat di beberapa lokasi seperti IAIN-Wara, Kebun Cengkeh, Galunggung, Kapaha, Batumerah, Bentas, Gunung Nona dan masih banyak lagi yang belum mendapatkan air bersih.
“Ada warga yang sudah memesan air bersih lewat mobil tangki, namun hampir seminggu mobil tangki tak kunjung datang,” tutup Wally. (CL-03)
Mengingat musim kemarau belakangan ini sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air bersih di kota Ambon. Ditambah bencana kebakaran hutan, yang turut membuat sejumlah daerah resapan air menurun hingga terjadi krisis air bersih. Untuk itu, DSA maupun PDAM harus memperbaiki daerah resapan air.
Demikian Anggota Komisi III DPRD Kota Ambon, Yusuf Wally, saat dikonfirmasi media ini Sabu, 15/2/2020 di Ambon.
Ia menilai, krisis air bersih yang melanda sebagian besar wilayah desa Batumerah, kecamatan Sirimau ini, tidak bisa dianggap sepele. Sehingga butuh perhatian serius dari Pemerintah Kota untuk mendesak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan PT. DreAm Sukses Airindo (DSA) dengan melibatkan pihak-pihak terkait lainnya untuk memperbaiki sumber-sumber resapan air yang ada.
Sebab, dampak dari krisis air saat ini, banyak warga yang berbondong bonding untuk mendatangi daerah yang memiliki banyak sumur air, untuk mengambil air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
“Pasokan yang selama ini digunakan PDAM dan DSA mengalami penurunan, karena dampak kurangnya daerah resapan air. Karena dijadikan warga sebagai daerah pemukiman baru. Pohon besar ditebang, karena kepentingan lahan kebun, dan jarang pemerintah melakukan reboisasi pada daerah resapan air,” ungkap Wally.
Politisi PKS ini mengaku, PDAM dan DSA sebagai badan usaha milik daerah yang bertugas memasok air bersih kepada masyarakat selaku pelanggan, perlu membuat sumur baru agar dapat memasok air bersih di daera-daerah krisis air bersih. Seperti wilayah Batumerah Tanjung dan sebagainya.
“Warga di beberapa kawasan kota Ambon dilanda kekurangan air bersih, khususu desa Batumerah. Menyusul terus berkurangnya ketersediaan air di dua titik penyuplai, yaitu Arbes dan Wainitu. Kini pasokan air diharapkan lebih banyak dari Halong. Pemerintah kini berusaha mencari sumber air baru,” tuturnya.
Wally menjelaskan, krisis air bersih kini mencapai titik rawan, disusul kemarau panjang. Menurut dia, saat ini pasokan air dari PDAM dan DSA mengalami penurunan drastic. Yakni semula masyarakat dapat menikmati air bersih 2 hari sekali, kini sampai 6 hari sekali.
Dimana untuk wilayah dataran rendah dapat menikmati air bersih, sementara warga yang tinggal di daerah dataran tinggi tidak dapat menikmati air bersih akibat debit air yang terus berkurang.
“Jika DSA sudah bekerja sama dengan tim dari Unpatti Ambon untuk meneliti sumber-sumber yang ada. Karena terjadi kerusakaan pada daerah resapan, maka harus diperbaiki daerah resapan itu,” sarannya.
Ia akui, dengan terjadinya penambahan pemukiman penduduk di daerah resapan air, turut mengganggu persediaan air bersih. Sehingga hal ini perlu diantisipasi seluruh pihak termasuk Pemerintah Kota. Karena jika tidak, kota Ambon akan kehabisan stok air bersih saat musim kemarau panjang.
“Pemerintah Kota perlu evaluasi kembali untuk bagaimana mengembalikan daerah resapan itu. Pemerintah juga perlu melakukan solusi jangka panjang bagi PDAM, DSA maupun PUPR Kota Ambon untuk mencari solusi jangka pendek. Yakni mencari sumber air baru dengan membuat sumur resapan, agar menjadi area suplai untuk kebutuhan debit air di kota Ambon,” usulnya.
Termasuk PUPR Kota Ambon, lanjut Wally, perlu membangun embong pada daerah-daerah yang masih memiliki sumber air. Sehingga dapat menampung sumber air sebelum mengalir ke laut.
Pasalnya belakangan ini, tambahnya, sebagian mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Bahkan sebagian besar harus rela mengeluarkan ratusan ribu rupiah untuk memperoleh air bersih lewat mobil tangki yang ada.
Termasuk kawasan Bentas, kecamatan Nusaniwe Ambon sudah sejak pekan lalu warga sekitar mengeluhkan pasokan air bersih.
“Untuk mendapatkan air bersih, biasanya warga membeli satu tangki ukuran 5 ribu liter seharga 150 ribu. Kini naik sampai Rp.200 ribu,” beber dia.
Dan sampai saat ini, masyarakat di beberapa lokasi seperti IAIN-Wara, Kebun Cengkeh, Galunggung, Kapaha, Batumerah, Bentas, Gunung Nona dan masih banyak lagi yang belum mendapatkan air bersih.
“Ada warga yang sudah memesan air bersih lewat mobil tangki, namun hampir seminggu mobil tangki tak kunjung datang,” tutup Wally. (CL-03)
Tidak ada komentar