Pentas Drama Musikal Caritas, Ajang Pendidikan Karakter dan Apresiasi Seni Budaya Anak
Sekolah Kristen Caritas Ambon kembali menggelar pertunjukan drama musikal tahunan sebagai bagian dari proses pendidikan karakter yang menjadi ciri khas lembaga pendidikan ini.
Tahun ini, drama musikal mengusung tema “Inspirasiku Menuju Bintang” dan sekaligus menjadi momentum pelepasan siswa angkatan pertama tingkat SD.
Pentas seni ini mendapat perhatian dan apresiasi dari Pemerintah Kota Ambon. Wakil Wali Kota Ambon, Elly Toisuta, yang hadir dalam acara tersebut, menyampaikan penghargaan tinggi kepada pihak sekolah atas konsistensinya dalam mengakhiri tahun ajaran dengan kegiatan yang sarat nilai edukatif dan budaya.
“Sebagai wakil wali kota mewakili Pak Wali, saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Sekolah Kristen Caritas. Mereka tidak hanya menutup tahun ajaran dengan pementasan seni, tetapi juga menggalang dana untuk pembangunan gedung baru. Ini luar biasa,” ujar Elly Toisuta.
Ia menambahkan bahwa kegiatan seperti ini merupakan contoh baik dalam pengembangan karakter anak, tidak hanya dari sisi pendidikan formal, tetapi juga dari sisi seni dan budaya.
“Artinya, selain pendidikan, ada hal-hal karakter daripada anak yang dibentuk. Pengembangan seni dan budaya kepada anak sangat penting,” lanjutnya.
Toisuta berharap kegiatan serupa juga bisa dilakukan oleh sekolah-sekolah lain di Kota Ambon. “Saya rasa bukan hanya Sekolah Kristen Caritas saja, tetapi berbagai macam sekolah di Ambon juga bisa menjadikan ini sebagai contoh. Nilai positifnya sangat besar,” ujarnya.
“Kegiatan ini menunjukkan perkembangan positif dari Sekolah Kristen Caritas. Setiap tahun mereka menyelenggarakan event-event yang menjadi wadah pengembangan kreativitas anak-anak. Ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk mengekspresikan minat, bakat, serta kemampuan mereka,” kata Tasso.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini juga menjadi ruang partisipasi bagi orang tua, komite sekolah, dan masyarakat untuk ikut berkontribusi terhadap pengembangan sekolah, termasuk rencana pembangunan gedung baru.
“Kami melihat keseriusan dan visi besar dari Ketua Yayasan dalam menyiapkan generasi Ambon yang berkualitas melalui pendidikan karakter, kemandirian, dan kecerdasan emosional. Pemerintah Kota tentu sangat mendukung langkah pengembangan ini,” tegasnya.
Pendiri sekaligus Ketua Yayasan Sekolah Kristen Caritas Ambon, Pdt. Cornelis Huwai, menjelaskan bahwa pertunjukan ini memang dirancang sebagai bagian dari proses pembelajaran karakter.
“Berbeda dengan sekolah umum, di mana pendidikan karakter biasanya hanya digabungkan dalam mata pelajaran agama, di Caritas pendidikan karakter menjadi bagian utama dalam seluruh proses pembelajaran,” jelasnya.
Drama musikal ini mencerminkan lima aspek penting yang menjadi dasar pendidikan di Caritas: intelektual, spiritual, moral, sosial, dan kultural. Tahun ini, pentas menjadi lebih bermakna karena bertepatan dengan kelulusan tiga siswa angkatan pertama tingkat SD, yaitu Arfan Pattiasina, Donna Leuwol, dan Rayhan Mahulette.
Dalam pementasan tersebut, Arfan memerankan tokoh ‘Elan’, seorang anak pemimpi yang pantang menyerah; Donna memerankan ‘Mentari’, sahabat bijak yang selalu memberi semangat; dan Rayhan tampil sebagai ‘Om Bintang’, tokoh inspiratif yang menggambarkan harapan dan masa depan.
Reaksi positif juga datang dari orang tua dan guru. Irene Leuwol, orang tua dari Donna, mengungkapkan rasa harunya melihat penampilan anak-anak.
“Kami sangat terharu. Melihat anak-anak tampil percaya diri di atas panggung, itu bukti bahwa mereka dididik dengan penuh kasih dan tanggung jawab,” katanya.
Guru kelas, Ibu Merry Saleky, menambahkan bahwa proses latihan drama musikal juga menjadi sarana pembelajaran aktif.
“Anak-anak belajar bekerja sama, berani tampil, dan memahami nilai-nilai kehidupan dari peran yang mereka mainkan. Ini adalah cara belajar yang menyenangkan tapi sangat bermakna,” ujarnya.
Pdt. Huwai juga menyampaikan bahwa yayasan telah menyiapkan lokasi baru untuk pembangunan gedung sekolah yang lebih representatif.
Pertunjukan ini sendiri merupakan yang keenam dari total delapan seri drama musikal yang dirancang sejak awal, namun sempat tertunda akibat pandemi Covid-19.
“Apa yang mereka tampilkan adalah pengulangan teori dalam bentuk praktik kreatif. Selain menguatkan pemahaman, ini juga melatih keberanian dan kepercayaan diri mereka,” tutup Pdt. Huwai.
Tidak ada komentar